Autisme adalah kelainan perkembangan yang muncul pada masa kanak-kanak, yaitu pada usia 2-2,5 tahun. Biasanya, kelainan yang muncul adalah keterlambatan bicara, kesulitan untuk bersosialisasi dan melakukan kontak mata. Pada beberapa anak muncul gerakan yang abnormal seperti menggoyang-goyangkan tubuhnya maju-mundur atau kiri-kanan (rocking). Anak terlihat berada dalam dunianya sendiri dan menolak kontak dengan orang lain, termasuk ibu atau ayahnya.

Pada beberapa anak, gejala autisme muncul pada saat anak memasuki usia 2 tahun. Anak-anak yang tadinya memiliki perkembangan yang normal, kemudian mengalami kemunduran perkembangan (regression). Beberapa anak dilaporkan sudah mulai berbicara, kemudian kemampuan berbicaranya perlahan berkurang. Namun, ada juga anak-anak yang memiliki gejala autisme sejak lahir. Umumnya anak-anak ini selalu menangis pada saat ia terjaga, atau malah terlalu diam-sangat diam. Anak-anak ini menunjukkan ketidaksukaannya saat digendong atau saat harus kontak fisik dengan orang lain, dengan melentingkan tubuhnya sambil menangis.

Hingga saat ini, peneliti mengalami kesulitan untuk menentukan penyebab utama autisme. Dari beberapa kasus autisme, inilah faktor-faktor yang mungkin menyebabkan autisme:

  • Genetik

Orangtua yang memiliki autisme bisa menurunkan kelainan tersebut pada anak mereka. Kemungkinannya sekitar 5-8%. Sedangkan pada anak kembar, jika yang satu mengalami autisme, maka yang lain memiliki kemungkinan mengalami autisme juga. Kemungkinannya akan meningkat pada anak-anak kembar identik.

  • Kerusakan syaraf

Kerusakan syaraf yang terjadi pada anak autisme menyebabkan ia tidak bisa membuang kelebihan merkuri yang ada dalam tubuhnya. Akibat ketidakmampuan mereka untuk membuang merkuri, pada anak autisme ditemukan kadar merkuri yang melebihi ambang batas. Kondisi ini mengganggu fungsi syaraf-syaraf otaknya, terutama syaraf yang berkaitan dengan kemampuan sosialisasi. Tingginya kadar merkuri bisa dilihat melalui pemeriksaan urine dan rambut.

  • Vaksinasi

Ada jenis vaksinasi yang diduga mengandung kadar merkuri tinggi. Beberapa kasus autisme terjadi setelah anak mendapatkan vaksinasi tertentu. Tanyakan pada dokter anak Anda mengenai hal ini.

  • Virus

Ada kemungkinan, virus rubella dan Cytomegalo virus yang menginfeksi ibu hamil pada trimester pertama bisa meyebabkan resiko anak terkena autisme.

  • Makanan laut

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan anak autis lebih banyak mengkonsumsi hidangan laut. Kadar merkuri dalam makanan laut lebih tinggi dibandingkan dengan sumber protein lain.

Autisme dideteksi melalui observasi. Hingga saat ini, belum ada alat medis atau tes psikologi yang dapat mendeteksi autisme. Jadi, psikolog akan mengobservasi gejala-gejala yang muncul pada anak, kemudian diagnosa bisa ditegakkan, jika muncul ciri-ciri di bawah ini:

  • Ketidak mampuan untuk bersosialisasi dan komunikasi. Anak autisme mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Perkembangan bahasanya terlambat sekali dan sulit baginya untuk mengekspresikan diri.
  • Tidak memiliki kontak mata dengan orang lain. Ada tanda-tanda penarikan diri atau senang menyendiri. Beberapa anak memiliki preilaku agresif dan temper tantrum serta mengalami perubahan mood yang cepat (mood swing).
  • Terdapat perilaku yang berulang, seperti menggoyangkan tubuh, berputar-putar, bertepuk tangan. Semua dilakukan tanpa tujuan dan relevansi dengan konteks.
  • Mengalami disfungsi sensorik. Karena syaraf-syaraf otaknya terganggu, maka anak autis mengalami kelainan pada fungsi sensoriknya. Kelainan tersebut berada pada dua spekturm-bisa sangat sensitif, atau tidak peka sama sekali. Fungsi sensorik yang terganggu biasanya pendengaran, sensitivitas pada rasa sakit, penglihatan dan motorik. Pada anak autis dengan pendengaran yang sangat peka, ia akan merasa terganggu dengan suara denga frekuensi normal. Baginya, suara itu kencang sekali dan membuat telinganya sakit. Jadi, jangan ajak dia ke mall atau ke tempat keramaian. Sedangkan fungsi penglihatan pada anak autis bisa sangat peka juga. Jadi ia cukup sensitif pada cahaya. Anak autis juga peka sekali terhadap sentuhan. Ia mudah merasa sakit (pain). Ini sebabnya ia tidak suka disentuh. Namun, ada juga anak autis yang tidak peka saat disentuh. Ia cenderung tidak bereaksi apa-apa saat disentuh.
  • Gangguan sensorik ini paling cepat terdeteksi pada usia 4-9 bulan. Saat ini, muncul gerakan-gerakan yang abnormal dan tidak bertujuan. Kemudian pada usia 12-18 bulan, muncul kesulitan bicara dan gangguan pada pendengarannya
  • Pada anak yang lebih besar, setelah diberikan terapi bisa berbicara dan berkomunikasi, tetapi kerap mengalami kesalahan pengucapan dan tata bahasa. IQ verbal anak autisme biasanya lebih rendah ketimbang IQ performance. Artinya, anak autisme lebih baik dalam mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan fungsi motorik ketimbang tugas-tugas yang melibatkan fungsi verbal.

Sebagai orangtua, tentu kita merasa sedih saat mengetahui bahwa anak kita memiliki autisme. Namun jangan khawatir, autisme memang tidak bisa disembuhkan, namun bisa diterapi agar kualitas hidupnya jauh lebih baik. Beberapa anak autis bahkan bisa sekolah di sekolah umum. Bahkan, 10% anak yang mengalami autisme ternyata memiliki kemampuan lebih, seperti kemampuan yang luar biasa dalam bidang musik dan seni, matematika-dimana anak autis dapat melakukan operasi matematika dengan cepat, serta daya ingat yang luar biasa tajam.

Dengan intervensi yang tepat, pada saat sedini mungkin, anak autis dapat hidup secara mandiri dan normal. Terapi yang disarankan umumnya adalah terapi model ABA (Applied Behavior Analysis), dengan tujuan untuk memodifikasi perilaku. Sudah banyak klinik-klinik dan pusat terapi autisme di Indonesia. Selain itu, mengatur pola makan diet dan konsumsi vitamin B6 dapat membantu anak autis meningkatkan kesehatan dan berpengaruh secara positif dalam perilakunya. Umumnya, anak autis alergi terhadap glutein dan produk susu. Maka, sebisa mungkin hindari makanan-makanan yang mengandung tepung, gandum, susu dan sejenisnya. Konsultasikan pada dokter anak Anda untuk lebih lengkapnya.

Arum Ismartini, Psi.